Lahir dari keluarga yang sederhana, Roihan Miftah Hilmiy tumbuh menjadi anak yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga tangguh dalam menjalani hidup. Ayahnya meninggal dunia ketika ia duduk di kelas 12. Sejak saat itu, beban keluarga dipikul oleh sang ibu, Rida Andirana, yang bekerja sebagai penjaga warung bakso untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Roihan, sebagai anak pertama dari dua bersaudara harus ikut membantu meringankan beban itu. Sejak awal SMA, Roihan tidak segan untuk bekerja. Pagi hingga siang ia bersekolah, sore membantu ibunya, lalu malamnya bekerja di kafe demi mendapatkan uang tambahan. Sekarang, ia menjadi kuli angkut pasir dan batu.
Saat mengetahui Roihan diterima di Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), tetapi terkendala biaya, Lailatul sebagai guru BK Roihan tergerak untuk membantu. Bersama beberapa guru dan alumni, ia menginisiasi penggalangan dana untuk membantu biaya masuk kuliah Roihan.
“Saya berpikir, anak seperti ini sayang kalau tidak kuliah hanya karena ekonomi. Dia punya potensi besar, semangatnya luar biasa. Dia santun, humble, rendah hati. Jadi kami guru-guru dan beberapa alumni patungan supaya dia bisa daftar,” kata Nurul.